
Di mata Negara-negara lain, Indonesia makin di perhitungkan Karen
perannya yang cukup signifikan dalam perekonomian global. Selain menjadi salah
satu market terbesar bagi segala jenis produk barang dan jasa bagi Negara lain,
indonesia juga menjadi pembeli utama produk Negara lain.
Warga Indonesia termasuk yang sering muncul di pusat-pusat
perbelanjaan mahal di berbagai kota besar dunia. Global blue, perusahaan yang
bergerak di bidang pengembalian pajak pertambahan nilai (VAT refund), bahkan
pernah mengungkap fakta turis asal Indonesia termasuk yang suka berboros-boros
ria dalam membelanjakan uang mereka di luar negri.
Pada juli lalu, misalnya, belanja barang bebas pajak internasional
dari Indonesia melonjak 88 persen di ingris. Dengan angka tersebut, Indonesia
menduduki urutan kedua dalam daftar pemborosan uang. Jepang menempati urutan
setelah belanja turis Negara ini melonjak hingga 98 persen di inggris. Cina
yang mempunyai orang kaya baru saja hanya berkontribusi 6,0 persen.
Straits times bahkan beberapa waktu lalu memberikan, banyak orang
asing yang makin tertarik membeli property di singapura. Salah satunya
yangsangat royal adalah warga Indonesia. Orang-orang kaya Indonesia berada pada
urutan kedua setelah cina dalam daftar pembeli rumah-rumah mahal di singapura.
Belanja orang Indonesia mengalahkan malysia, bahkan amerika serikat. Ini baru
dari data property nonpermanent.
Jones lang lasalle incorporated (JLL), perusahaan manajemen jasa
professional dan investasi khususnya di bidang property yang berkantor pusat di
Aon Center, illinois, AS, mengungkapkan terdapat 782 transaksi property oleh
orang asing pada Sembilan bulan pertama 2016 atau naik 11,7 persen dari priode
2015. “ pembeli terbesar dari china, Indonesia, Malaysia, dan AS.” Ungkap Mr
Ong Teck Hui, direktur riset dan konsultansi JLL singapura.
Bahkan Indonesia pernah menjadi pembeli terbesar pada beberapa
tahun sebelumnya, mengalahkan cina dan Negara-negara lain. Pada Sembilan bulan
pertama tahun ini, terjadi 114 transaksi property dengan pembeli dari Indonesia
atau mengambil porsi 14,6 persen dari total transaksi dengan pembeli asing. Bisnis
dengan Indonesia di bawah cina yang mencapai 230 kali transaksi.
Porsi cina mencapai 29,4 persen dari total transaksi dengan pembeli
asing. Akan tetapi, transaksi dengan cina kali ini merosot karena pada Sembilan
bulan pertama 2015 pembelian property dengan warga cina mencapai 243 transaksi.
Akan tetapi, orang-orang Indonesia yang paling royal dalam membeli property
di singapura. Menurut JLL, pembeli Indonesia menyukai lokasi di core central
region (CCR) dengan anggaran kuarng dari atau sama dengan 3,0 juta dolar
AS. Ini anggaran terbesar di bandingkan dengan pembelian asing lainnya.
Pembeli cina yang lebih menyukai outside central region (OCR),
ternyata hanya mau mengeluarkan anggaran kurang dari 1,5 juta dolar AS. Pembelian
property tipe CCR dari Malaysia ternyata anggarannya juga cekak, hanya kurang
dari 1,5 juta dolar AS.
Yang lebih mengagetkan lagi, orang-orang Indonesia membeli property
dengan harga yang lebih mahal dari tiap luasannya ketimbang dari cina atau Malaysia.
Orang Indonesia tercatat membeli property dengan harga di atas 1.400 dolar AS persquare
feet (psf). Sementara, dari cina dan Malaysia kebanyakan membeli property dengan
harga 750 dolar AS sampai maksimal 1.700 dolar AS per psf.
Fakta ini menunjukkan, singapura menjadi surga bagi jutawan atau
milyader asal Indonesia. Sayangnya, banyak orang Indonesia yang tinggal di
singapura atau orang Indonesia yang tinggal di tanah air terlalu lama menyimpan
dana mereka di singapura, bahkan di Negara lainnya.
Itulah yang akhirnya membuat pemerintah menargetkan repatriasi dari
singapura sebagai salah satu target utama dari program amnesti pajak. Pada priode
pertama saja, dana masuk berdasarkan surat pernyataan harta (SPH) dari
singapura mencapai Rp 79,13 triliun dari total Rp 137 triliun. Dengan demikian,
kontribusi repatriasi dari singapura mencapai 58 persen dari total dana yang
masuk pada priode pertama program amnesti pajak.
Menurut mentri keuangan sri mulyani, dana miliki orang Indonesia di
luar negri masih sangat besar yang belum tertarik. Meski demikian, masih banyak
juga orang Indonesia yang menyimpan dana di dalam negri yang belum memenuhi
kewajiban mereka sebagai pembayar pajak.
Pemerintah memang pantas serius berusaha menarik dana milik
Republik Indonesia (RI) di luar negri. Apalagi, jumlahnya sangat fantastis. Mengapa
demikian? Jumlah orang kaya dan total kekayaan mereka makin meningkat dari
tahun ke tahun.
Berdasarkan laporan credit Suisse institute, total kekayaan orang Indonesia
pada 2016 mencapai 1,769 triliun dolar AS atau naik hampir enam kali lipat dari
2000 yang masih mencapai 305 miliar dolar AS.
Kenaikan kekayaan tersebut makin memperlebar jarak antara yang kaya
dan yang miskin. Credit Suisse mencatat, koefiensien gini Indonesia sangat
tinggi dan menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2010, misalnya
, koefisien gini RI mencapai 77,3 persen. Akan tetapi, sejak 2014 hingga 2016
koefisien gini sudah menembus 84 persen.
Di level ASEAN, ketimpangan distribusi kekayaan Indonesia kedua
tertinggi setelah Thailand. Berdasarkan data credit Suisse, koefisien gini RI sebesar
84 persen, sedangkan Thailand terpaut tipis mencapai 85,9 persen.
Bila di bandingakan dengan seluruh Negara yang disurvai credit Suisse,
Indonesia menempati peringkat 23 dalam daftar koefisien gini tertinggi di
dunia. Akan tetapi, jika di bandingkan dengan Negara lain yang layak di
komperasikan, Indonesia berada pada peringkat ke enam. Rusia menempati
peringkat pertama dengan koefisien gini 92,3 persen, di susul Denmark (89,3
persen), india (87,6 persen), AS (86,2 persen), serta Thailand ( 85,9 persen). Koefisien
gini RI mengalahkan swedia (83,2
persen), afrika selatan (83 persen), dan cina ( 81,9 persen).
Distribusi kekayaan di Indonesia memang sangat timpang. Tercatat sejak
2014, satu persen kelompok terkaya di Indonesia sudah menguasai separuh
kekayaan masyarakat. Padahal, pada 2010 kelompok ini baru menguasai 31,5 persen
total asset masyrakat Indonesia.
Tentu saja lima persen dan 10 persen kelompok paling kaya di tanah
air makin menguasai kekayaan. Lima persen golongan terkaya pada 2010 baru
mengusasi 57,7 persen asset Indonesia. Akan tetapi, pada 2016 mereka sudah
menguasai 66,8 persen total kekayaan masyarkat. Bahkan pada 2015 kelompok ini
sudah mengntrol 71,8 persen total kekayaan RI.
Kemudian, 10 persen kelompok terkaya sudah mengontrol 66,8 persen
total kekayaan di Indonesia pada 2010 kekuasaan mereka makin besar karena pada
tahun ini sudah mampu mengontrol 75,7 persen dari total kekayaan di tanah air. Bahkan
kelompok ini sudah mampu menyetir 77,9 persen total kekayaan Indonesia pada
2015 lalu.
Sah-sah saja ada seklomp[ok orang dengan jumlah kakayaan yang
menakjubkan. Sayangnya, mereka kerap kurang, bahkan tidak berandil dalam
mengatasi kemiskinan. Lebih menydihkan lagi, di lihat dari sejarah di Indonesia,
mereka memperoleh harta melalui jalan yang kurang terpuji. dalam orde baru, mereka
ini sangat licik dalam memperoleh kekayaan melalui metode KKN (korupsi, kolusi,
nepotisme).
Orang-orang kaya yang dimiliki RI ini lahir pada zaman orde baru. Mereka
terus menggurita hingga saat ini karena mampu mempengaruhi kinerja pemerintah. Kekuasaan
mereka bahkan tak hanya mampu mempengaruhi para eksekutif, tetapi juga sudah
mencengkram legislative dan yudikatif. Bahkan, mereka juga sangat lihai
menjalankan permainan dengan para penegak hukum.
Bila revolusi mental bisa terwujud, tak mustahil aka ada perubahan
yang lebih baik di Indonesia. Meski lahir ribuan atau bahkan jutaan miliarder
baru di tanah air, mereka pasti akan menjadi oase bagi yang membutuhkan.
0 komentar:
Post a Comment