Hingga kini, meski dengan
kecanggihan teknologi, manusia masih belum bisa secara pasti menetukan kapan
dan di mana persisnya bencana alam akan terjadi. Tapi tidak bagi hewan.
Merekadi karuniai oleh allah insting yang mampu mendeteksi datang nya bencana
alam.
Masih ingat peristiwa tsunami di
aceh pada desember 2004? Berbagai liputan media menunjukkan betapa hewan-hewan
di berbagai daerah di dekat laut, menunjukkan prilaku yang aneh beberapa saat
sebelum gempa dan tsunami di aceh terjadi. Tentu saja ketika hewan-hewan itu
berulah, tak paham artinya. Baru setelah berita tsunami aceh tersebar ke
mana-mana, para pemilik binatang itu paham bahwa hewan-hewan itu sebenarnya
sedang memberikan isyarat.
Tak hanya bencana gempa dan
tsunami. Bencana gunung meletus pun menunjukkan fakta serupa. Sejumlah binatang
yang tingga di sekitar gunung biasanya sudah berlari turun ke bawah.
Tanda-tanda seerti ini sebenarnya alami, karena binatang-binatang tersebut di
karuniai allah kemampuan untuk menerima sinyal listrik dari getaran perut bumi,
sedang manusia tidak memiliki indra yang mampu merasakan sinyal itu.
Dalam artikelnya berjudul
“ethogeological forecasting”, david jay brown menyebutkan, sebuah gampa dapat
di prediksi dengan menghitung jumlah hewan (pliharaan) yang hilang. Menurutnya,
hilangnya hewan peliharaan akan naik secara segnifikan selama 2 minggu sebelum
gempa. Kesimpulan ini terbukti ketika memprediksi gempa di loma prieta,
northern California, amerika serikat.
Sebelum terjadi gempa, beberapa
hewan menunjukkan prilaku yang abnormal. Ular keluar dari lubangnya sebelum
gempa terjadi, meski kemudian ia membeku di atas permukaan salju. Tikus
terlihat linglung (dazet) beberapa saat sebelum gempa, sehingga dapat dengan
mudah di tangkap tangan.
Burung merpati memperlambat
terbangnya ketika akan menuju ke suatu tempat. Ayam menghasilkan telur yang
sedikit, bahkan tidak bertelur sama sekali. Babi secara agresif saling
menggigit satu dengan yang lainya sebelum terjadinya gempa.
Lebah meninggalkan sarangnya
dalam kondisi panic beberapa menit sebelum gempa, dan tidak kembali ke
sarangnya sampai 15 menit setelah gempa. Bahkan hewan kecil seperti lintah,
cumi-cumi, dan semut pun memperlihatkan perilaku abnormal sebelum terjadinya
gempa.
Fenomena terjadinya perilaku yang
tidak lazim pada hewan sebelum terjadinya gempa dapat di jelaskan berbagai
teori. Tapi yang jelas, Karena sebagian besar hewan memiliki kapasitas
pendengaran (auditory capacities) yang melebihi manusia, dan kemampuan
memberikan reaksi terhadap pancaran suara ultra (ultrasound) sebagai getaran
mikro seismik dari patahan batuan.
Fluktuasi medan magnet bumi dapat
menyebabkan prilaku abnormal pada hewan. Beberapa hewan memiliki sensitivitas
terhadap radiasi medan magnet bumi yang terjadi di dekat pusat gempa.
Selain itu, hewan-hewan juga
memiliki tingkah laku yang terlihat dan saling berkaitan secara individual
maupun kolektif. Berbagai tingkah laku hewan merupakan cara untuk berinteraksi
secara dinamis dengan lingkungan nya. Tingkah laku yang di miliki berbagai
macam hewan telah melahirkan bidang ilmu tersendiri bernama ethology.
Ethology merupakan ilmu yang mempelajari gerak-gerik atau tingkah
laku hewan di lingkungan hewan itu bisa hidup. Tak heran, jika saat ini sudah
di kembangkan “animal’s warning system” (system peringatan dini melalui hewan).
Jika system ini telah teruji dan berkembang dengan baik, maka system ini dapat
menghemat biaya dalam membeli berbagai instrument dan peralatan untuk
memprediksi gempa.
0 komentar:
Post a Comment