Kita sering mengenal bisnis dalam konsep kapitalis, dan itu sudah
menjadi keseharian kita dalam system ekonomi, karena konsep bisnis secara
kapitalis sangan menggiurkan dan menjanjikan, tampa kita ketahui bahwa betapa
besar resikonya dan kerusakannya di dalam system perekonomian, jika ada yang
untung pasti ada yang di rugikan, itulah yang di tanamkan oleh kapitalis,
mereka mengeruk keuntungan sebesar-besarnya tampa memperdulikan sumberdaya yang
ada di sekitarnya.
Sebelum kita membahas lebih dalam permasalahan ini mari kita pahami
apa itu bisnis, dan bagaimana konsep bisnis menurut pandangan islam.
Bisnis
di dalam setiap macam bentuknya bisa terjadi di mana saja dan kapan saja dalam
kehidupan manusia setiap hari. Bahkan hampir setiap aktivitas kita bisa
dikaitkan dengan bisnis, mulai dari tidur hingga bangun. Makanan, minuman,
pakaian, sepeda, mobil, serta segala kebutuhan rumah tangga sebetulnya
merupakan produk yang dihasilkan melalui proses produksi, distribusi, jual, dan
beli. Inilah yang dinamakan aktivitas ekonomi atau bisnis.
Secara
umum bisnis di artikan sebagai suatu kegiatan yang di lakukan oleh manusia
untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi
secara efektif dan efisien.
Adapun
dalam islam bisnis dapat di pahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah(kuantitas) kepemilikan hartanya
(barang/jasa) termasuk profitnya, namun di batasi dalam cara perolehan dan
pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).
Sertelah
kita pahami dari pengertian di atas maka dapat di jelaskan bahwa islam
mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk bekerja.
Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki
harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah, allah SWT
melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat di manfaatkan
untuk mencari rizki.
Pilar
bisnis dalam islam
Pertama,Tauhid
(kesatuan). Tauhid merupakan konsep serba eksekutif dan serba inklusif. Pada tingkat
absolut ia membedakan khalik dengan makhluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat
kepada kehendaknya, tetapi pada eksestensi manusia memberikan suatu prinsip
perpaduan yang kuat sebab seluruh umat di persatukan dalam ketaatan kepada
allah semata. Konsep tauhid merupakan dimensi vertical islam sekaligus
horizontal yang memadukan segi politik, sosial ekonomi kehidupan manusia
menjadi kebulatan yang homogeny yang konsisten dari dalam dan luar sekaligus
terpadu dengan alam luas.
Dari
konsep ini, maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi
membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini maka pengusaha muslim dalam
melakukan aktivitas bisnis harus harus memperhatikan tiga hal:
- Tidak diskriminasi terhadap pekerja, penjual, pembeli, mitra kerja atas dasar pertimbangan ras, warna kulit, jenis kelamin atau agama.
- Allah yang paling di takuti dan di cintai.
- . Tidak menimbun kekayaan atau serakah, karena hakekatnya kekayaan merupakan amanat allah.
Kedua,
keseimbangan
(keadilan). Ajaran islam berorentasi pada terciptanya karakter manusia yang
memiliki sikap dan prilaku yang seimbang dan adil dalam konteks hubungan antara
manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain (masyrakat) dan dengan
lingkungan.
Ketiga,
kehendak
bebas, manusia sebagai khalifah di muka bumi tentunya mempunyai kehendak bebas
untuk mengarahkan kehidupannya kepada tujuan yang akan dicapainya.
Keempat,
pertanggung
jawaban, segala kebebasan dalam melakukan bisnis oleh manusia tidak lepas dari
pertanggung jawaban yang harus di berikan atas aktivitas yang di lakukannya.
Orentasi
bisnis dalam islam
Bisnia
dalam islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama: (1) target hasil:profit
dan benefit-non materi, (2) pertumbuhan, (3) keberlangsungan, (4) keberkahan
Target
hasil:profit-materi dan benefit-non materi, artinya bahwa bisnis tidak hanya
untuk mencari profit (qimah madiyah atau nilai materi) setinggi-tingginya,
tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau
manfaat) non materi kepada internal organisasi perusahaan dan eksternal
(lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepeduliahn sosial dan
sebagainya. Benefit yang di maksud kan tidaklah semata memberikan manfaat
kebendaan, tetapi juga dapat bersifat non materi.
Pertumbuhan,
jika
profit materi dan profit non materi telah di raih, perusahaan harus berupaya
menjaga pertumbuhan agar selalu meningkat. Upaya peningkatan ini juga harus
selalu dalam koridor syariah, bukan menghalalkan segala cara.
Keberlangsungan,
target
yang telah di capai dengan pertumbuhan setiap tahunya harus di jaga
keberlangsungan nya agar perusahaan dapat Exis dalam kurun waktu yang lama.
Keberkahan,
semua
tujuan yang telah tercapai tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada keberkahan
di dalamnya, maka bisnis islam menempatkan berkah sebagai
tujuan inti, karena ia merupakan bentuk dari di terimanya segala aktivitas
manusia. Keberkahan ini menjadi bukti bahwa bisnis yang di lakukan oleh
pengusaha muslim telah mendapat ridha dari allah SWT dan bernilai ibadah.
0 komentar:
Post a Comment