
Bertepatan pada tanggal 27
0ktober yaitu bertepatan dengan hari listrik nasional, maka marilah kita
membuka mata untuk mengenang dan menelusuri jejak awal masuknya listrik ke negeri
kita indoneisa.
Secara umum sejarah kelistrikan di Indonesia di
mulai pada tahun 1897 ketika berdiri perusahaan listrik pertama yang bernama
Nederlandche Indische Electriciteit Maatschappij [NIEM] di Batavia dengan
kantor pusatnya di Gambir. Sedangkan sejarah kelistrikan di Surabaya bermula
ketika perusahaan gas NIGM pada tanggal 26 April 1909 mendirikan perusahaan
listrik yang bernama Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit
Maatschappij [ANIEM]. ANIEM adalah salah satu perusahaan swasta yang di beri
hak untuk membangun dan mengelola sistem kelistrikan di Indonesia pada waktu
itu.
![]() |
PLN - NUKLIR |
Beberapa perusahaan sejenis misalnya
Bandoenghsche Electriciteit Maatschappij [BEM], yang mengelola tenaga listrik
di Kota Bandung dan memiliki pusat listrik tenaga air di Sungai Cikapundung dan
di beri nama Waterkrachtwerk Pakar aan de Tjikapoendoengnabij Dago. BEM berdiri
pada tahun 1913 tetapi pada tahun 1922 pengelolaan listrik di Kota Bandung dan
sekitarnya di ambil alih oleh Gemeenschappelijk Electrisch Bedrif Bandoeng en
Omstreken [GEBEO].

ANIEM
merupakan perusahaan yang berada di bawah NV Handelsvennootschap yang
sebelumnya bernama Maintz & Co. Perusahaan ini berkedudukan di Amsterdam
dan masuk pertama kali ke Kota Surabaya pada akhir abad ke-19 dengan mendirikan
perusahaan gas yang bernama Nederlandsche Indische Gas Maatschappij [NIGM].
Pada tahun 1909, perusahaan ini diberi hak untuk membangun beberapa pembangkit
tenaga listrik berikut sistem distribusinya ke kota-kota besar di Jawa
![]() |
PEMNAGKIT LISTRIK TENAGA SURYA |
Dalam waktu yang tidak berapa lama, ANIEM berkembang
menjadi perusahaan listrik swasta terbesar di Indonesia dan menguasai sekitar
40% dari kebutuhan listrik di dalam negeri. ANIEM juga melakukan percepatan
ekspansi seiring dengan permintaan listrik yang tinggi. Pada 26 Agustus 1921
perusahaan ini mendapat konsesi di Banjarmasin yang kontraknya berlaku hingga
31 Desember 1960. Pada tahun 1937 pangelolaan listrik di Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Kalimantan diserahkan kepada ANIEM.
![]() |
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR |
Sebagai perusahaan yang menguasal hampir 40%
kelistrikan di Indonesia, ANIEM memiliki kinerja yang cukup baik dalam melayani
kebutuhan listrik. Sebagaimana telah disebutkan di atas, ANIEM memiliki wilayah
pemasaran di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan. Untuk melayani wilayah
pemasaran yang luas ini, ANIEM menerapkan kebijakan desentralisasi produksi dan
pemasaran dengan cara membentuk anak perusahaan. Dengan demikian maka listrik
diproduksi secara sendiri-sendiri di berbagai wilayah oleh perusahaan yang
secara langsung menangani proses produksi tersebut. Dengan demikian kinerja
perusahaan menjadi amat efektif, terutama dari segi produksi dan pemasaran.
![]() |
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN |
Beberapa perusahaan yang merupakan
bagian dari ANIEM [NV. Maintz & Co] antara lain :
1.
NV ANIEM di Surabaya dengan
perusahaan-perusahaan di Banjarmasin, Pontianak, Singkawang, Banyumas dan
Magelang.
2.
NV Oost Java Electriciteits
Maatschappij [OJEM] di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Lumajang,
Tuban dan Situbondo.
3.
NV Solosche Electriciteits
Maatschappij [SEM] di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Solo, Klaten,
Sragen, Jogjakarta, Kudus dan Semarang.
4.
NV Electriciteits Maatschappij
Banjoemas [EMB] di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Purwokerto,
Banyumas, Purbalingga, Sokaraja, Cilacap, Gombong, Kebumen, Wonosobo, Maos,
Kroya , Sumpyuh dan Banjarnegara.
5.
NV Electriciteits Maatschappij
Rembang [EMR] di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Blora, Cepu,
Rembang, Lasem dan Bojonegoro.
6.
NV Electriciteits Maatschappij
Sumatera [EMS] di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Bukit Tinggi,
Payakumbuh, Padang Panjang dan Sibolga.
7.
NV Electriciteits Maatschappij Bali
& Lombok [EBALOM] di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Singaraja,
Denpasar, Gianyar, Tabanan, Klungkung, Ampenan, Gorontalo, Ternate,
Seandainya sejarah bisa berandai-andai, tentu
bangsa Indonesia akan dilayani oleh sistem kelistrikan yang amat efektif dari
sebuah sistem usaha peninggalan kolonial Belanda. Sayang, kinerja yang amat
baik dari ANIEM harus terputus karena pendudukan tentara Jepang di Indonesia
pada tahun 1942. Sejak pendudukan tentara Jepang, perusahaan listrik diambil
alih oleh pemerintah Jepang. Urusan kelistrikan di seluruh Jawa kemudian
ditangani oleh sebuah lembaga yang bernama Djawa Denki Djigjo Kosja. Nama tersebut
kemudian berubah menjadi Djawa Denki Djigjo Sja dan menjadi cabang dari
Hosjoden Kabusiki Kaisja yang berpusat di Tokyo. Djawa Denki Djigjo Sja dibagi
menjadi 3 wilayah pengelolaan yaitu Jawa Barat di beri nama Seibu Djawa Denki
Djigjo Sja yang berpusat di Jakarta, di Jawa Tengah diberi nama Tjiobu Djawa
Denki Djigjo Sja dan berpusat di Semarang, dan di Jawa Timur diberi nama Tobu
Djawa Denki Djigjo Sja yang berpusat di Surabaya.

Pengelolaan listrik oleh Djawa Denki Djigjo Sja
berlangsung sampai Jepang menyerah kepada Sekutu dan Indonesia merdeka. Ketika
Jepang menyerah kepada Sekutu, para pekerja yang bekerja di Tobu Djawa Denki
Djigjo Sja berinisiatif untuk menduduki lembaga pengelola listrik tersebut dan
mencoba mengambil alih pengelolaan. Untuk menjaga agar listrik tidak menjadi
sumber kekacauan, pada 27 Oktober 1945 pemerintah membentuk Djawatan Listrik
dan Gas Bumi yang bertugas untuk mengelola kelistrikan di Indonesia yang baru
saja merdeka. Usaha untuk mengelola kelistrikan ternyata bukanlah pekerjaan
yang mudah, di samping karena status kepemilikan pembangkit-pembangkit yang
belum jelas juga karena minimnya pengalaman pemerintah dalam bidang
kelistrikan. Sebagian besar pembangkit rusak parah karena salah urus di masa
pendidikan tentara Jepang.
Demikian lah sejarah dan lika-liku jalannya
listrik bisa berdiri di Indonesia, kita harusnya bersyukur karena kita sudah
bisa menikmati listrik dengan nyaman, maka gunkanlah energy listrik sesuai
kebutuhan, jangan seenaknya saja menggunkannnya, karena kita akan meresakan
betapa gelapnya dan susahnya jika pasokan aliran energy listrik kita tidak bisa
berfungsi lagi…
0 komentar:
Post a Comment