Al kisah,
suatu hari Rasulullah SAW didatangi seorang pengemis yang pakaiannya
compang-camping. Wajah lelaki itu tampak sedih dan mengenaskan. Tentu saja
Rasul kasihan. Tapi tahukah anda, apa yang diberikan rasul kepada pengemis itu?
Bukan uang
atau makanan, tetapi sebuah kampak tajam sambil bersabda, “Pergilah ke hutan,
kumpulkan kayu bakar, jual kayu itu dan kembalilah kepadaku setelah 15
hari.”(HR Abu Dawud)
Subhanallah.
Begitulah rasul kita, sang guru besar yang selalu mendidik dan mengajari
umatnya. Rasul tidak memanjakan pengemis dengan memberikan uang atau makanan,
tatapi memberinya kapak untuk bekerja. Sebab, dengan bekerja sang pengemis bisa
kembali punya harga diri di mata masyarakat.
Kita harus
bisa mengambil dua hikmah dari hadis Rasulullah SAW diatas. Pertama bahwa bantuan langsung yang
diberikan kepada masyarakat miskin bukanlah solusi tepat untuk mengentaskan
kemiskinan. Sebab, bantuan-bantuan seperti itu malah berpotensi memanjakan
mereka mereka dengan terus-menerus menggantungkan harapan pada datangnya
bantuan. Justru yang efektif adalah membuka lapangan kerja bagi si miskin, atau
memberi modal untuk usaha.Kedua,
tidak perlu gengsi dalam bekerja. Apa saja asal halal dan terhormat, kita
hendaknya dengan senag hati menjalaninya. Terkadang kita gengsi dan
memilah-milah pekerjaan. Kita selalu ingin bekerja yang enak, bergaji besar,
punya prestise dan disanjung orang.
Kita lupa
Rasulullah SAW dan Nabi-nabi yang lain bekerja sebegai penggembala. Kita pun
mungkin tak tahu bahwa sahabat abu Hurairah sang pengrawi hadis paling handal bekerja sebagai pembantu.
Bahkan, gajinya hanya sepiring nasi untuk mengganjal perut kosong.
Agama islam
mangarahkan umatnya untuk tidak jadi beban masyarakat. Untuk bekerja apa saja
tanpa harus merasa gengsi, selagi itu halal. Menjadi penjual kayu bakar dalam
pandangan agama jauh lebih terhormat dan mulia ketimbang mengemis yang sangat
tidak di anjurkan.
Sekarang,
mari kita lihat nasib pengemis tersebut. Setelah waktu yang di tentukan, si
pengemis benar datang menghadap rasul. Tapi, sudah bukan lagi seperti lelaki
pada waktu lima belas hari yang lalu. Dia datang dengan baju yang tidak lagi
compang-camping. Dia datang dengan semangat baru, jiwa baru, yang lebih segar.
Kondisinya
benar-benar berubah. Dia sukses menjadi pedagang kayu bakar hingga kembali
hidup terhormat penuh percaya diri. Itulah nilai sebuah usaha
0 komentar:
Post a Comment